Selasa, 16 Maret 2021

Hancur Keluargaku Karena Media Sosial


Tips Dan Trik - Saya adalah seorang janda yang penuh dengan penyesalan. Pada suatu hari saya hidup dengan bahagia, dengan mempunyai suami yang baik, anak yang tampan serta mertua yang sangat menyayangiku. Pekerjaan suamiku adalah menjadi bos pemborong proyek-proyek jalan tol sehingga mengharuskannya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Pada tiga tahun terakhir setelah pernikahan semua berjalan lancar-lancar saja tidak ada masalah yang berarti.

Keseharian saya sebelum mempunyai anak yaitu membantu Ibu mertua saya menyiapkan barang dagangan yang akan dijualnya di pasar. Ketika suami saya ada di rumah, semua perhatian dan perilaku saya fokuskan untuk suami saya, itu adalah bukti bahwa saya sangat mencintainya.

Suasana pada saat saya ditinggal oleh suami untuk bekerja ke luar kota tidak merubah rasa sayang dan cinta saya kepadanya. Keluarga kami bertambah harmonis dan jauh menyenangkan ketika saya dikaruniai seorang putra yang tampan. Hidungnya persis seperti ayahnya namun matanya mirip denganku. Itu perpaduan antara dua orang manusia yang saling mencintai.

Kegiatan sehari-hariku disaat ditinggal oleh suami bekerja ke luar kota jadi begitu menyenangkan karena waktuku bebas untuk menemani buah hati kecilku. Selain menemani si buah hati, aku juga tetap membantu ibu mertua mempersiapkan barang dagangannya.

Kesalahan pertamaku muncul ketika aku senang main handphone dan aktif di media sosial. Pada mulanya tidak ada yang aneh dalam kebiasaan aku dalam bermedia sosial. Setiap aktifitasku upload atau update di Facebook dan story WA, aku merasakan jauh lebih hidup ketika sudah upload kegiatanku di Facebook dan WA.

Kebiasaanku dalam bermedia sosial tidak mengurangi rasa cinta dan perhatianku untuk suami dan anakku. Ketika suamiku ada di rumah perhatianku tetap fokus untuk melayani dan menemani suami dan anakku. Suamiku juga tidak melarang kebiasaanku dalam bermain Facebook ketika dia tidak di rumah, bahkan suamiku mendukungnya “ya itung-itung buat menemanimu dalam kesepianí” katanya.

 Kebiasaanku dalam bermedia sosial semakin menjadi, aku sering update statusku dalam Facebook bahwa aku kesepian dan butuh teman curhat. Awalnya aku update sperti itu karena bentuk kebosanan dan iseng saja bukan benar-benar ingin ditemani oleh banyak orang apalagi ditemani oleh banyak laki-laki.

Namun ada yang aneh dalam Facebook aku, setiap hari muncul satu nama yang tidak pernah absen untuk like statusku dalam Facebook. Awalnya aku merasa biasa saja tidak ada perubahan yang pasti dalam keseharianku. Hari bertambah hari akhirnya muncullah komenan dia dalam statusku, itu membuatku semakin penasaran siapakah dia?

Akhirnya aku memutuskan untuk mencari tahu atau bahasa kerennya itu ngepoin dia. Aku buka profil dia di Facebook dan ternyata dia masih menjadi mahasiswa di Universitas Surabaya. Kegiatan kesehariannya dalam Facebook itu membuat status kata-kata motivasi dan kritikan pedas untuk pemerintahan.

Pada akhirnya aku membalas komenan dia dalam Facebook. Pada balasan yang pertama tidak merubah apapun, kita balas komen-komenan di Facebook dengan nada bercanda. Hari bertambah hari dia sering mampir dalam statusku dalam benrtuk like dan komen, yang dimana itu membuat hidupku mersakan sesuatu yang tidak aku rasakan sebelumnya yaitu adanya teman yang selalu hadir dalam bentuk laki-laki selain suamiku.

Semakin lama kita saling mengenal akhirnya dia mengirimkan pesan lewan Facebook. Pesan pertama biasa saja yaitu menanyakan kabar, sedang apa dan menanyakan dia inbox itu mengganggu atau tidak. Ya aku membalas inbox darinya seperlunya saja, apa yang dia tanyakan aku jawab dengan biasa.

Pada awalnya kita bercanda lewat komen-komenan yang bersifat umum atau bisa dilihat oleh banyak orang sekarang bercandanya pindah ke inbox yang sifatnya lebih pribadi. Terkadang selain bercana dia juga bahas masalah-masalah yang barbau seks, namun anehnya aku tidak marah bahakan aku terus menanggapinya. Itu merupakan lanjutan dari kesalahanku.

Pada akhirnya dia menanyakan aku sedang apa dan berada di mana, aku menjawab sedang tiduran di kamar. Dia membalas inboxku dengan kata-kata “sendirian yaa, sini aku temeniní” anehnya aku membalas “boleh”. Akhirnya dia meminta fotoku dalam keadaan tidak memakai busana yang lebih parahnya lagi saya tidak marah bahkan saya mengirim fotoku sedang tidak memakai busana. Setelah itu dia meminta untuk video call dan aku mengiyakan ajakan tersebut.

Kedekatanku dengan dia bertambah setelah dia mengajak pertemuan pertama. Kami janjian untuk bertemu di alun-alun Surabaya dan ternyata dia sudah memboking hotel dekat alun-alun tersebut. Aku setuju saja karena memang keadaanku pada saat itu sedang dimabuk cinta, namun yang aku rasakan sekarang pada saat itu bukanlah diriku melainkan setan yang ada adalam diriku.

Setelah masuk dalam kamar hotel kami berhubungan badan layaknya suami istri, aku merasa senang pada saat itu sesudahnya dia langsung mengantarku pulang ke rumah mertua namun tidak sampai ke rumah, aku di turunkan di jalan besar tepat depan gang rumah mertuaku. Setelah kejadian itu aku lebih sering berkomunikasi dengannya dibandingkan dengan suamiku sendiri.

Pertemuan pertamaku berlanjut smapai pertemuan kedelapan. Dalam setiap pertemuan kami selalu berhubungan badan layaknya suami istri. Pada akhirnya mertuaku merasakan ada yang aneh dalam diriku. Aku jadi sering keluar rumah tanpa membawa anakku.

Pada suatu hari aku menyadari ada yang aneh dalam tubuhku, aku sering merasakan pusing dan mual-mual. Ternyata pusing dan mual yang aku rasakan itu pertanda bahwa aku hamil. Ibu mertuaku menyadari kehamilanku dikarenakan ciri-ciri yang aku rasakan. Akhirnya Ibu mertua bertanya “kamu hamil?”, aku menjawab “iya Bu”.

Ibu mertuaku merasa aneh dikarenakan anaknya belum pernah pulang selama satu tahun, namun aku meyakinkan saja dengan berkata “ini janin anaknya Ibu, kami bertemu di kota suamiku tidak pulang karena hanya mempunyai waktu sedikit”. Aku mengira dengan menjawab seperti itu Ibu mertuaku percaya, namun pada suatu malam tiba-tiba suamiku pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu.

Ternyata suamiku pulang di telepon oleh Ibunya, dan mengabari kalau ada yang aneh denganku. Yang membuatku terkejut suamiku pulang ketika aku dalam keadaan tertidur, ketika aku bangun dan melihatnya sudah memegang handphone milikku dan sialnya percakapan aku dengan mahasiswa itu belum sempat aku hapus.

Pada saat itu juga aku merasakan sesuatu yang sanagat menyakitkan. Aku menangis sejadi-jadinya aku sujud ke kaki suamiku dan kata yang selalu keluar dari mulutku hanyalah kata “maafkan aku”.  Semakin sakit yang kurasakan ketika melihat suamiku mengeluarkan air mata tanpa mengucapkan satu katapun, namun terlihat jelas dari tatapan matanya kepadaku  bahwa dia merasakan kekecewaan yang sangat luar biasa.

Kejadian pada saat malam itu adalah pengalaman yang paling menyakitkan dalam hidupku. Terutama di saat suamiku meninggalkan kamarnya sambil berucap “aku sangat mencintaimu yang dulu bukan yang sekarang, maaf kita harus berpisah”. Sungguh kata-kata itu seperti menusuk dadaku yang membuat jantungku berhenti berdetak. Aku merasakan sakit yang sangat mendalam. Sekarang aku merasakan penyesalan yang sangat luar biasa, namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur, sekarang yang tersisa dalam hidupku hanyalah sebuah penyesalan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar