Keseharian
saya sebelum mempunyai anak yaitu membantu Ibu mertua saya menyiapkan barang
dagangan yang akan dijualnya di pasar. Ketika suami saya ada di rumah, semua
perhatian dan perilaku saya fokuskan untuk suami saya, itu adalah bukti bahwa
saya sangat mencintainya.
Suasana
pada saat saya ditinggal oleh suami untuk bekerja ke luar kota tidak merubah
rasa sayang dan cinta saya kepadanya. Keluarga kami bertambah harmonis dan jauh
menyenangkan ketika saya dikaruniai seorang putra yang tampan. Hidungnya persis
seperti ayahnya namun matanya mirip denganku. Itu perpaduan antara dua orang
manusia yang saling mencintai.
Kegiatan
sehari-hariku disaat ditinggal oleh suami bekerja ke luar kota jadi begitu menyenangkan
karena waktuku bebas untuk menemani buah hati kecilku. Selain menemani si buah
hati, aku juga tetap membantu ibu mertua mempersiapkan barang dagangannya.
Kesalahan
pertamaku muncul ketika aku senang main handphone dan aktif di media sosial.
Pada mulanya tidak ada yang aneh dalam kebiasaan aku dalam bermedia sosial.
Setiap aktifitasku upload atau update di Facebook dan story WA, aku merasakan
jauh lebih hidup ketika sudah upload kegiatanku di Facebook dan WA.
Kebiasaanku
dalam bermedia sosial tidak mengurangi rasa cinta dan perhatianku untuk suami
dan anakku. Ketika suamiku ada di rumah perhatianku tetap fokus untuk melayani
dan menemani suami dan anakku. Suamiku juga tidak melarang kebiasaanku dalam
bermain Facebook ketika dia tidak di rumah, bahkan suamiku mendukungnya “ya itung-itung buat menemanimu dalam
kesepianÔ katanya.
Kebiasaanku dalam bermedia sosial semakin
menjadi, aku sering update statusku dalam Facebook bahwa aku kesepian dan butuh
teman curhat. Awalnya aku update sperti itu karena bentuk kebosanan dan iseng
saja bukan benar-benar ingin ditemani oleh banyak orang apalagi ditemani oleh
banyak laki-laki.
Namun
ada yang aneh dalam Facebook aku, setiap hari muncul satu nama yang tidak
pernah absen untuk like statusku dalam Facebook. Awalnya aku merasa biasa saja
tidak ada perubahan yang pasti dalam keseharianku. Hari bertambah hari akhirnya
muncullah komenan dia dalam statusku, itu membuatku semakin penasaran siapakah
dia?
Akhirnya
aku memutuskan untuk mencari tahu atau bahasa kerennya itu ngepoin dia. Aku
buka profil dia di Facebook dan ternyata dia masih menjadi mahasiswa di Universitas
Surabaya. Kegiatan kesehariannya dalam Facebook itu membuat status kata-kata
motivasi dan kritikan pedas untuk pemerintahan.
Pada
akhirnya aku membalas komenan dia dalam Facebook. Pada balasan yang pertama
tidak merubah apapun, kita balas komen-komenan di Facebook dengan nada
bercanda. Hari bertambah hari dia sering mampir dalam statusku dalam benrtuk
like dan komen, yang dimana itu membuat hidupku mersakan sesuatu yang tidak aku
rasakan sebelumnya yaitu adanya teman yang selalu hadir dalam bentuk laki-laki
selain suamiku.
Semakin
lama kita saling mengenal akhirnya dia mengirimkan pesan lewan Facebook. Pesan
pertama biasa saja yaitu menanyakan kabar, sedang apa dan menanyakan dia inbox
itu mengganggu atau tidak. Ya aku membalas inbox darinya seperlunya saja, apa
yang dia tanyakan aku jawab dengan biasa.
Pada
awalnya kita bercanda lewat komen-komenan yang bersifat umum atau bisa dilihat
oleh banyak orang sekarang bercandanya pindah ke inbox yang sifatnya lebih
pribadi. Terkadang selain bercana dia juga bahas masalah-masalah yang barbau
seks, namun anehnya aku tidak marah bahakan aku terus menanggapinya. Itu
merupakan lanjutan dari kesalahanku.
Pada
akhirnya dia menanyakan aku sedang apa dan berada di mana, aku menjawab sedang
tiduran di kamar. Dia membalas inboxku dengan kata-kata “sendirian yaa, sini aku temeninÔ anehnya aku membalas “boleh”. Akhirnya dia meminta fotoku
dalam keadaan tidak memakai busana yang lebih parahnya lagi saya tidak marah bahkan
saya mengirim fotoku sedang tidak memakai busana. Setelah itu dia meminta untuk
video call dan aku mengiyakan ajakan tersebut.
Kedekatanku
dengan dia bertambah setelah dia mengajak pertemuan pertama. Kami janjian untuk
bertemu di alun-alun Surabaya dan ternyata dia sudah memboking hotel dekat alun-alun
tersebut. Aku setuju saja karena memang keadaanku pada saat itu sedang dimabuk
cinta, namun yang aku rasakan sekarang pada saat itu bukanlah diriku melainkan
setan yang ada adalam diriku.
Setelah
masuk dalam kamar hotel kami berhubungan badan layaknya suami istri, aku merasa
senang pada saat itu sesudahnya dia langsung mengantarku pulang ke rumah mertua
namun tidak sampai ke rumah, aku di turunkan di jalan besar tepat depan gang
rumah mertuaku. Setelah kejadian itu aku lebih sering berkomunikasi dengannya
dibandingkan dengan suamiku sendiri.
Pertemuan
pertamaku berlanjut smapai pertemuan kedelapan. Dalam setiap pertemuan kami
selalu berhubungan badan layaknya suami istri. Pada akhirnya mertuaku merasakan
ada yang aneh dalam diriku. Aku jadi sering keluar rumah tanpa membawa anakku.
Pada
suatu hari aku menyadari ada yang aneh dalam tubuhku, aku sering merasakan
pusing dan mual-mual. Ternyata pusing dan mual yang aku rasakan itu pertanda
bahwa aku hamil. Ibu mertuaku menyadari kehamilanku dikarenakan ciri-ciri yang
aku rasakan. Akhirnya Ibu mertua bertanya “kamu
hamil?”, aku menjawab “iya Bu”.
Ibu
mertuaku merasa aneh dikarenakan anaknya belum pernah pulang selama satu tahun,
namun aku meyakinkan saja dengan berkata “ini
janin anaknya Ibu, kami bertemu di kota suamiku tidak pulang karena hanya
mempunyai waktu sedikit”. Aku mengira dengan menjawab seperti itu Ibu
mertuaku percaya, namun pada suatu malam tiba-tiba suamiku pulang tanpa memberi
kabar terlebih dahulu.
Ternyata
suamiku pulang di telepon oleh Ibunya, dan mengabari kalau ada yang aneh
denganku. Yang membuatku terkejut suamiku pulang ketika aku dalam keadaan
tertidur, ketika aku bangun dan melihatnya sudah memegang handphone milikku dan
sialnya percakapan aku dengan mahasiswa itu belum sempat aku hapus.
Pada
saat itu juga aku merasakan sesuatu yang sanagat menyakitkan. Aku menangis
sejadi-jadinya aku sujud ke kaki suamiku dan kata yang selalu keluar dari
mulutku hanyalah kata “maafkan aku”. Semakin sakit yang kurasakan ketika melihat
suamiku mengeluarkan air mata tanpa mengucapkan satu katapun, namun terlihat
jelas dari tatapan matanya kepadaku
bahwa dia merasakan kekecewaan yang sangat luar biasa.
Kejadian
pada saat malam itu adalah pengalaman yang paling menyakitkan dalam hidupku.
Terutama di saat suamiku meninggalkan kamarnya sambil berucap “aku sangat mencintaimu yang dulu bukan yang
sekarang, maaf kita harus berpisah”. Sungguh kata-kata itu seperti menusuk
dadaku yang membuat jantungku berhenti berdetak. Aku merasakan sakit yang
sangat mendalam. Sekarang aku merasakan penyesalan yang sangat luar biasa,
namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur, sekarang yang tersisa dalam hidupku
hanyalah sebuah penyesalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar